Sebagai bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Toleransi, kelas kami, 12-1 (Excelsto), mendapat tantangan untuk menampilkan sebuah pentas drama yang sarat makna. Terinspirasi dari tragedi tahun 1998 yang melibatkan warga Indonesia keturunan Tionghoa, kami mengangkat kisah tentang rasisme, cinta, pengkhianatan, dan perjuangan menegakkan keadilan.
Drama ini dimulai dengan perhimpunan mahasiswa yang sedang berunding mengenai kebijakan pemerintah yang diskriminatif terhadap warga keturunan Tionghoa. Di tengah gejolak tersebut, tumbuh benih cinta antara seorang mahasiswi Muslim dan seorang pemuda keturunan Tionghoa. Namun, di saat situasi semakin memanas, tragedi terjadi—si pemuda dan beberapa warga di lingkungan pecinan diculik dan dibunuh oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Yang mengejutkan, beberapa pelaku ternyata berasal dari perhimpunan mahasiswa itu sendiri.
Mengetahui kebenaran yang menyakitkan, para mahasiswa yang tersisa bersama pihak kepolisian berusaha menangkap para pelaku dan menegakkan keadilan. Pada akhirnya, hukum ditegakkan dan nilai toleransi yang selama ini tergerus oleh kebencian pun kembali terjalin.
Meskipun kelas kami mendapat giliran pertama untuk tampil—yang berarti waktu latihan sangat singkat dan persiapan pra-pentas kurang matang—kami tetap memberikan yang terbaik. Hasilnya pun tak mengecewakan: Excelsto berhasil meraih juara 3! Selain piala penghargaan, kami juga mendapatkan berbagai snack yang akhirnya kami nikmati bersama sebagai perayaan kecil atas usaha kami.
Pentas ini bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi juga pengalaman berharga yang mengajarkan kami tentang pentingnya toleransi, kerja sama, dan keberanian dalam menghadapi ketidakadilan. Sebuah pelajaran yang akan kami bawa tidak hanya di atas panggung, tetapi juga dalam kehidupan nyata.
0 Komentar